Jumat, 08 Oktober 2010

Terlantar di Bandara Karena Cacar

Penumpang Lion Air Dijanjikan Terbang ke Mataram Pk 18.45 WIB

Jakarta - Setelah berjuang keras, Ridho Rachmat akhirnya mendapatkan tiket dan boardingpass pesawat Lion Air untuk terbang ke Mataram. Namun, dia bersama istri dan anaknya harus menunggu agak lama, karena tiket yang diterimanya untuk penerbangan pukul 18.45 WIB.

Ridho bersama istri dan anaknya yang masih berusia 8 bulan terkatung-katung di bandara Soekarno-Hatta, Cengkareng, sejak Kamis (7/8/2010) malam. Mereka dilarang naik pesawat Lion Air gara-gara penyakit cacar yang diderita istri Ridho dan anaknya. Padahal, mereka sudah mengantongi surat rekomendasi dari klinik bandara Yogyakarta.

"Ini sudah dikasih tiket dan boardingpass pesawat yang pukul 18.45 WIB. Disuruh menunggu lagi," kata Ridho kepada detikcom, Jumat (8/10/10).

Nasib Ridho dan keluarganya di Bandara Cengkareng memang cukup memprihatinkan. Sebelumnya, mereka sudah sempat dijanjikan untuk terbang ke Mataram pada siang tadi. Namun, setelah sempat berlari-lari menuju pesawat, mereka dikabari bahwa pesawat telah terbang.

Karena ketinggalan pesawat, akhirnya petugas Lion Air mengurus tiket Ridho dan keluarganya lagi. Kini mereka telah mendapat tiket untuk penerbangan pukul 18.45 WIB.
Selama menunggu, Ridho mengaku tidak mendapat makanan atau apa pun oleh maskapai. Bahkan biaya pemeriksaan klinik untuk istri dan anaknya di Bandara Soekarno-Hatta, Ridho membayar sendiri.

"Nggak ada apa-apa. Kita disuruh menunggu lagi di sini. Klinik saja disuruh bayar sendiri. Tadi juga dimintai tambah uang tiket Rp 60.000, tapi saya nggak kasih. Untuk airport tax juga nggak saya kasih karena saya transit di sini," jelasnya.

Menurut Ridho, barang-barang yang sebelumnya sudah ada di bagasi pesawat Lion kini sudah ada di bandara Mataram. Ridho berharap penerbangan sore nanti bisa memberangkatkan istri dan anaknya.

"Anak saya sudah lemas juga. Istri saya sudah capek. Nggak tahu ini nanti sore bisa nggak berangkat," ungkap dia.

Kamis sore kemarin, Ridho bersama keluarganya terbang dari Yogyakarta menuju Mataram. Namun, sebelum terbang, mereka dibawa oleh petugas Lion Air ke klinik bandara. Akhirnya, mereka dibolehkan terbang setelah mendapat surat keterangan dari klinik Bandara Adisutjipto Yogyakarta. Di surat keterangan itu, istri Ridhlo dan anaknya dinyatakan sudah sembuh dari penyakit cacar yang dideritanya.

Pesawat kemudian transit di Bandara Soekarno-Hatta. Nah, di sinilah kesabaran Ridho dan keluarganya diuji. Oleh petugas Lion Air, Ridho dan keluarganya diminta turun dari pesawat, karena petugas Lion melihat jelas ada bintik-bintik cacar di wajah istri Ridho. Terhadap kekhawatiran ancaman penularan penyakit itu, Ridho pun memperlihatkan surat keterangan dari klinik bandara Yogyakarta bahwa istri dan anaknya sudah sembuh.

Akhirnya, Ridho dan keluarganya disuruh menunggu dan akan diberangkatakan dengan pesawat lain. Tengah malam, pihak manajemen Lion Air memberi kabar kalau Ridho dan keluarga tidak bisa terbang dengan pesawat Lion Air dan uang tiket akan dikembalikan utuh Rp 1,9 juta. Ridho pun menolaknya. Ridho tetap ingin berangkat ke Mataram.

(gus/asy)

Sumber: http://www.detiknews.com/read/2010/10/08/145028/1459131/10/penumpang-lion-air-dijanjikan-terbang-ke-mataram-pk-1845-wib?991101605

Senin, 12 Oktober 2009

Bupati Terima Penghargaan ‘The Best Executive’


*Dari Aliansi Reporter Landak

NGABANG. Bupati Landak DR Drs Adrianus Asia Sidot MSi menerima penghargaan ‘The Best Executive 2009’ dari Aliansi Reporter Landak (ARL), Senin (12/10). Piagam dan plakat diserahkan dalam acara ramah-tamah HUT Pemerintah Kabupaten (Pemkab) Landak ke-10 di aula kantor bupati Landak.

Ketua ARL Heri Irawan SP mengatakan, pemberian ARL Award ini, tidak diberikan begitu saja, tetapi penghargaan itu diberikan karena sosok Adrainus Asia Sidot dinilai sukses dalam pelaksaan tugas-tugasnya sebagai bupati dan kepala daerah dari daerah yang tingkat kesulitannya cukup tinggi. Namun dalam segala keterbatasan itu, sosok Adrainus Asia Sidot dinilai sukses dalam mengatasi masalah-masalah tersebut.
“Diantaranya, komitmen terhadap keutuhan Negara Kesatuan Republik Indonesia, mengayomi masyarakat, meningkatkan harkat martabat masyarakat yang dipimpinnya, memajukan pendidikan, kesehatan dan membuka keterisolasian daerah pedalaman,” ungkap Iwan.

Menurut pria berbadan gemuk ini, ARL merupakan wadah berhimpunnya insan pers dari berbagai kalangan media massa cetak di Kabupaten Landak, berupaya menciptakan ajang penghargaan kepada kalangan eskekutif di Kabupaten Landak yang berprestasi nyata dalam mengedepankan program pengentasan kemiskinan, serta upaya untuk meningkatkan kesehjahteraan rakyat dari berbagai sektor kegiatan pembangunan yang menjadi prioritas pemerintah bersama swasta dan masyarakat. “Hal itu sesuai fungsi dan peran ARL yang memposisikan diri selaku mitra pemerintah, mitra swasta maupun mitra masyarakat, yaitu dalam rangka membangun kepercayaan terhadap kinerja pemerintah serta mendorong peningkatan kesejahteraan sosial mayarakat,” tukas Iwan. (rie)

Rabu, 07 Oktober 2009

ARL Beri Rakyat Award Kepala DPRD Landak



NGABANG. Usai acara pengambilan sumpah dan janji anggota DPRD Landak periode 2009-2014 dilanjutkan acara tambahan yakni pemberian penghargaan Rakyat Award 2009 dari Aliansi Reporter Landak (ARL) kepada wakil rakyat dengan tiga kategori yaitu, suara figur terbanyak per daerah pemilihan, suara lintas partai politik terbanyak dan anggota dewan terpilih tiga periode.

Untuk suara figur terbanyak diraih Anjiu, Heri Saman SH MH, Simson Umar dan Markus Amid STh MDiv, piagam dan bingkisan diserahkan oleh Wakil Gubernur Kalbar Drs.Christiandy Sanjaya, SE MM. Kemudian untuk suara figur lintas partai politik diraih Markus Amid STh MDiv dan Heri Saman SH MH piagam diserahkan oleh Bupati Landak DR Drs Adrianus Asia Sidot MSi, dan terakhir anggota dewan yang terpilih tiga periode yakni Klemen Apui Sip, Markus Amid STh MDiv dan Adrianus Yanto Nunus SH MH, piagam diserahkan oleh Ketua Pengadilan Negeri Mempawah Maringan Marpaung SH MH.

Menurut Ketua ARL, Heri Irawan SP, pemberian Rakyat Award ini sudah yang kedua kalinya, tahun 2004 lalu juga kita berikan kepada para wakil rakyat yang masuk kategori ini. Ia berharap wakil rakyat ini harus terlepas dari kepentingan golongan atau parpol dan harus senantiasa berkonsentrasi terhadap tanggung jawabnya. Dengan kata lain, seorang wakil rakyat yang terpilih harus memusatkan diri terhadap tugasnya. Seterusnya seorang wakil rakyat adalah pemimpin yang harus dapat melihat potensi yang ada pada dirinya sendiri dan lingkungan masyarakat. Potensi diri dapat dimunculkan salah satunya melalui keteladanan. “Pada akhirnya, seluruh potensi yang ada dapat dimanfaatkan untuk kesejahteraan rakyat. Dan seharusnya seorang wakil rakyat sebagai orang yang dipilih untuk menyuarakan aspirasi masyarakat Kabupaten Landak harus tahu dan paham tentang tugas dan kewajibannya,” ungkapnya.

Adapun jajaran pengurus ARL yakni yakni Heri Irawan (Ketua), Kundori (Sekretaris), Devi Zulkarnain (Bendahara) dan sejumlah anggotanya, Ya’ Syahdan, Sartiman, Agus Budianto, Tajudin dan Anton. (rie)

Kamis, 02 Juli 2009

Wartawan Bubarkan Judi Sabung Ayam


Oleh: Kundori

Selama tugas di Kabupaten Sekadau banyak kenangan tersendiri. Baik suka maupun duka, bayangkan di kampung perbatasan antara Sekada-Sintang ada perjudian sabung ayam bertaraf internasional yang diperkirakan perputaran uang mencapai Rp. 500 juta setiap dua kali dalam seminggu. Terpaksa pihak panitia bubar dan entah lari kemana untuk mengulangi judi tersebut. Yang menarik judi sabung ayam itu bukan dibubarkan polisi selaku penegak hukum di Bumi Lawang Kuari, tapi berhasil dibubarkan wartawan yang hanya bersenjata pena dan kertas.

Ceritanya waktu itu saya mendapat kabar dari wartawan Berkat bernama Sudarno. Ia tahu bahwa di lokasi tidak jauh dari jalan raya persisnya di kebun karet ada perjudian sabung ayam. Saya tertarik, dan mencoba pergi bersama kawan saya tadi, ketika sampai di lokasi itu terkejut. Karena di lokasi seperti pasar ramainya, mulai dari pengunjung, warung dan terlihat parker sepeda motor berjejar rapi. Di sana terdapat arena sabung ayam yang sudah dibuat panitia dengan ratusan mata mengarah di dalam arena untuk melihat dua ayam jantan bertarung.

Saya ingin ambil gambar pakai kamera digital, tapi ada rasa takut ketahuan penjudi atau pengunjung lainnya nanti pasti akan curiga. Kawan saya, ada kamera hanphon maka dia yang saya suruh ambil dari berbagai sudut. Bahkan diantara kerumunan sabung ayam itu tampak oknum anggota polisi berseragam preman. Kawan, saya suruh ambil oknum aparat itu tapi dia takut. Tapi tak apalah, yang penting ada gambar untuk bukti. Kemudian agar lebih kuat bukti ada sabung ayam, saya membuka rekaman tipe recorder agar suara ramai terdengar.

Setelah itu saya pulang dengan kawan itu. Saya sampai di rumah langsung berfikir, mengapa judi ayam kok dibiarkan bebas oleh aparat setempat. Maka saya langsung menduga bahwa judi itu memang menjadi ‘asset’ pihak aparat penegak hokum di Sekadau itu.

Tidak cukup sekali, karena jadwal judi sabung ayam dua kali dalam seminggu. Maka di minggu berikutnya saya bersama wartawan Berkat bernama Sutarjo (adik Sudarno) untuk investigasi dan reportase lagi di arena sabung ayam tersebut. Maka setelah pulang, saya langsung membuat berita untuk diterbitkan.

Memang ada rasa khawatir, karena dari pengalaman pertama saat mengangkat judi di Kecamatan Nanga Taman saya banyak yang men teror. Jadi, saya menghubungi wartawan lain yakni Kapuas Post bernama Radius dan wartawan Berkat Sutarjo. Maka bertiga sepakat untuk menaikan berita judi sabung ayam di hari yang sama. Saya buat dengan inisial di ujung berita bukan dengan kode (rie) tapi (tim). Ini saya lakukan untuk mengantisipasi adanya polemik agar aman wartawan di Sekadau karena penulis tidak disebutkan. Kalau kawan Radius, dia malah pakai berita seolah Pontianak yang menulis dan kode juga pakai (tim). Sedangkan Sutarjo dari Berkat saya tidak tahu persis yang jelas dia juga buat pada hari ini.

Seperti biasa berita pada sore hari di kirim via internet, malam saya terus berfikir bahkan saat itu ada acara pisah sambut Kapolres lama AKPB Hutagaol dengan Kapolres baru AKBP Apriyanto. Memang sebelumnya saya sudah ada konfirmasi dengan pihak mereka (polisi) untuk membalance-kan berita. Saya konfirmasi langsung dengan Kapolres Hutagaol yang saat itu dia sudah pidah tugas dan jabatan sudah diserahkan dengan Kapolres yang baru. Dia menjawab masalah adanya sabung ayam tidak tahu. Lalu saya konfirmasi dengan Kasat Reskrim AKP Aswandi SH, waktu itu juga jawabnya tidak tahu. Maka saya tulis apa adanya di berita itu.

Nah, pagi hari berita sudah terbit. Tapi sayang di koran Berkat tidak terbit. Di Equator masuk halaman satu lengkap dengan foto dan di kapuas post juga terbit lengkap dengan foto.

Selama empat kali terbit sengaja saya giring berita tentang judi itu, mulai dari tanggapan dari tokoh masyarakat dan anggota DPRD. Sampai-sampai Kasat Reskrim menelpon saya, dan bertanya mengapa berita digiring terus dan mengatakan nanti kita cek ke lokasi. Saya jawab, ya sudah bubar lah bang, apa lagi yang mau ditangkap paling bekas arenanya yang masih banyak dijadikan barang bukti.

Rupanya benar, pada minggu berikutnya judi sabung ayam itu sudah tidak ada beroperasi lagi seperti biasa. Mungkin karena sudah masuk koran maka panitia menghentikan. Tapi saya dengar mereka pindah di salah satu tempat di kawasan Kabupaten Sintang. Karena sudah bukan wilayah tugas saya, maka saya juga tak mau ingin tahu lagi. Biarlah yang penting saya dan kawan-kawan wartawan yang ada di Sekadau sudah berhasil membubarkan perjudian yang seharusnya menjadi tanggungjawab polisi. (**)

Angkat Berita Judi, Satu Malam Kena Teror


Oleh: Kundori

Memang sudah menjadi tantangan seorang jurnalis. Semua berita pasti ada dampak baik dan buruknya. Kadang malah banyak dampak buruk ketimbang baiknya dan melibatkan keluarga. Misal jika ada ancaman dari orang tak dikenal, pasti keluarga kita juga ikut ketakutan. Seperti yang saya alami ketika bertugas menjadi wartawan Equator di Kabupaten Sekadau 2007 silam.

Waktu itu ada kawan yang menghubungi saya, dia mengatakan ada orang mau masukan berita. Dia adalah seorang mahasiswa Untan Pontianak asal Kecamatan Nanga Taman Kabupaten Sekadau. Dia mengaku ketika pulang kampung merasa terkejut karena di tanah kelahiranya marak perjudian secara terang-terangan. Tepatnya saat menyambut peringatan 17 Agustus 2007. mungkin sudah menjadi tradisi warga setempat. Tapi si mahasiwa itu tak terima kampung halamannya menjadi arena judi yang ditonton oleh para aparat dan pejabat pemerintah kecamatan bahkan tokoh agama setempat seakan tak bisa berbuat apa-apa.

Maka mahasiswa itu nekat mencari wartawan untuk memasukan berita judi itu. Maka ketemulah dengan saya, di warung kopi komplek terminal lawang kuari. Dia terus terang merasa prihatin melihat di kampung halamannya marak perjudian saat menyambut hari kemerdekaan RI. Maka menyuruh saya agar dimasukan ke dalam berita. Tapi mahasiswa itu tak mau disebut nama sebagai nara sumber. Mungkin dia agak tak enak dengan orang-orang di kampungnya itu. Jadi saya juga mengerti dan kewajiban kita selaku seorang jurnalis untuk merahasikan identitas nara sumber jika itu dikehendaki.

Maka, berita yang disampaikan si mahasiswa itu saya tulis dengan apa adanya. Untuk membalancekan berita, saya berusaha konfirmasi dengan Camat Nanga Taman, dimana selaku kepala wilayah di daerah setempat. Karena berdasarkan informasi judi 17 Agustus itu dikelola dengan sistem kepanitian. Tapi sangat disayangkan ketika kita konfirmasi si camat itu terkesan menghindar.

Tak apa, yang penting saya sudah konfirmasi untuk menanyakan kondisi yang ada di lapangan. Setelah saya ketik langsung ke warnet, maklum belum ada kantor biro di Sekadau sehingga masih numpang di rental untuk mengetik dan kirim berita via email ke redaksi. Nah pagi harinya koran terbit dan berita judi di halaman patroli. Saya tidak tahu, apakah koran di pasaran laku banyak atau tidak. Yang jelas koran saat itu belum masuk di Kecamatan Nanga Taman.

Namun, rupanya berita tersebut berdampak ketika malam tiba. Handphon saya berdering bunyi SMS. Saya bukan sangat terkejut karena isinya sebuah ancaman dan teror yang ditujukan kepada saya dan keluarga. Jumlah SMS lumayan banyak mencapai puluhan dengan nomor yang berbeda. Tidak saya layani, malah saya matikan malam itu. Memang di hati saya ada sedikit rasa ketakutan. karena saya berfikir, jika terjadi sesuatu saya kasian dengan keluarga saya baik istri dan mertua dan ipar saya.

Sampai pagi hari, saya buka Hp dan kita aktifkan rupanya SMS masuk makin menjadi dan isinya semua teror. Seingat saja ada salah satu bunyi SMS: “Sekarang judi sudah bubar, sekarang gantian Equator membayar kami Rp.10 juta”. Melihat banyak SMS teror masuk, untuk sementara HP saya selama satu Minggu tidak saya aktifkan. Dan menggunakan kartu lain. Sampai-sampai Redaktur Pelaksana saya bernama Mutadi waktu itu sempat marah, karena ketika menghubungi tidak masuk-masuk. “Mantap bos kita nich, HP tak pernah aktif’ itulah kata Redpel saya ketika marahin saya. Maka saya jelaskan mengapa HP saya sengaja tidak aktif.

Lucunya, puluhan SMS teror itu saya pindah di catatan kertas kecil. Saya simpan dan saya beritahukan kawan-kawan. Tapi semua itu rupanya hanya sebuah teror saja dan Alhamdulillah tidak ada terjadi apa-apa terhadap dirinya saya. Saya waktu itu hanya berfikir, jika memang para penjudi itu mencari saya dan melakukan tindakan yang tidak kita inginkan. Apakah orang lain tidak akan membantu saya. Apakah orang yang ada di Sekadau akan mendukung judi? Pastinya tidak kan, maka saya mendapat ancaman teror tersebut tidak takut. Paling hanya waspada saja. Demikian sedikit kisah nyata yang pernah saya alami saat bertigas di Sekadau. (*)

Jembatan Pasar Darit Jangan Asal Bangun




*Masalah Sosial harus Diselesaikan Dulu

NGABANG. Jembatan lama Darit tahun ini akan dibangun dengan menelan Rp.2,6 miliar lebih dari dana pasca bencana alam APBD Labdak. Sebelum dibangun diharapkan harus diselesaikan terlebih dahulu masalah sosial. Jangan seperti pembangunan jembatan Tebedak yang hingga saat ini belum rampung masalah sosialanya.

“Jembatan Darit didanai Rp.2,6 miliar lebih, masalah sosial harus diselesaikan terlebih dahulu baru dibangun. Karena selama ini banyak pembangunan di Landak sudah banyak terjadi, proses pembangunan kadang terjadi masalah, bagung gedung sekolah warta tiba-tiba menyegel, dan contoh yang hingga saat ini masih belum rampung penyesaian jembatan Tebedak,” tegas Wakil Ketua DPRD Landak Klemen Apui, SIp kepada Equator, kemarin.

Sedangkan di jembatan Tebedak juga sudah ditangani tim sembilan dari beberapa instansi terkait, tapi kabar dana pembebasan lahan dari yang katanya dianggarkan pemerintah provinsi juga belum jelas jumlahnya. “Nah, ini salah satu kasus yang terjadi dalam proses pembangunan, lalu untuk rencana pembangunan jembatan Darit ini juga nantinya jangan sampai seperti di jembatan Tebadak atau lainnya,” tegas Apui.

Kemudia, jika dilihat saat ini sudah memasuki bulan ke tujuh tahun anggaran 2009, pastinya harus segera dibangun. Tapi kalau masalah sosial belum rampung bisa timbul masalah. “Coba-lah malasah-masalah lama yang selama ini sering terjadi saat pembangunan di Landak dijadikan evaluasi jangan asal membangun,” ungkap Apui legislator Partai Golkar ini.

Apalagi, lanjut Ketua Tim JK-Wiranto Landak ini, jembatan tersebut dengan dana Rp. Miliar lebih, apakah beruba kerangka baja atau tidak pastinya tidak tahu. Yang jelas proses pembangunan pasti meninggikan atau pengurukan. Nah disekitar jembatan itu sudah jelas banyak rumah penduduk yang akan terkena dampak.

“Nah ini harus diselesaikan, apakah sudah dilakukan sosialisasi terhadap masyarakat di sekitar, apakah masalah pembebasan lahan atau lainnya,” ujar Apui.

Selain itu, jika jembatan tersebut di tinggikan, badan jalan dari arah kiri dan kanan tentu bisa saja ikut ditinggikan. Apalagi pasar Darit sering menjadi langganan banjir, maka harus ditinggikan juga. “Jalan di tinggikan juga dan diaspal,” ujar nya.

Menyikapi masalah ini, seharusnya pihak konsultan perencana pengawas harus betul-betul bekerja, jangan hanya diam saja. Kalau dia konsultan perencanaan pasti sudah mempunyai gambaran tentang lingkungan di sekitar jembatan itu berapa rumah yang terkana dampak. “Jadi konsultan bisa mengekspos dengan instansi terkait sehingga bisa diambil kebijakan,” kata Apui.

Untuk itu, Apui kembali mengharapkan, kepada pihak pelaksana, instansi terkait sebvelum melakukan pembangunan jembatan Darit ini terlebih dahulu diselesaikan masalah sosial. Jangan tiba-tiba membangun menuai masalah sari masyarakat setempat.

“Jadikan evaluasi masalah-masalah yang terjadi, contoh kecil saja pembangunan jembatan Tebedak, sudah rampung lama, baru melakukan penyelesaian sosial,” tandas Apui. (rie)

Selasa, 30 Juni 2009

Oknum Petugas RSUD Landak Arogan

Dua Wartawan Diusir

NGABANG.Tampaknya perintah Bupati Landak DR Drs Adrianus Asia Sidot Msi terhadap pimpinan dan pegawai di Rumah Sakit Umum Daerah (RSUD) Landak untuk memperbaiki dan memberikan pelayanan baik terhadap masyarakat, hanya dimasukan kuping kanan dan keluar kuping kiri. Buktinya, masih ditemui oknum pegawai terkesan bersikap arogan dan mengusir dua orang wartawan saat akan meliput pasien percobaan bunuh diri, Kamis (12/3) pukul 11.30 wib.
Peristiwa itu berawal, wartawan Equator dan Borneo Tribune menerima informasi dari masyarakar kalau ada orang yang berniat bunuh diri dengan cara minum Bayclin. Karena berita menarik, para kuli tinta itu langsung memacu sepeda motor dan menuju ruang IGD RSUD Landak. Rupanya benar, ada satu orang wanita yang sudah diperiksa beberapa petugas rumah sakit. Kami tidak langsung mengambil gambar dan hanya melihat, tapi tiba-tiba ada oknum petugas laki-laki menyapa dan bertanya. “Bapak siapa keluargnya kah, kalau tidak keluar,” ujarnya garang. Maka kami berdua kenalkan diri kalau kita berdua adalah wartawan. Namun, oknum petugas itu langsung diam dan mengatakan harus ada izin sesuai prosedur yang berlaku di rumah sakit, sambil menutup kain gorden pasien tersebut. Parahnya lagi, oknum petugas itu sambil mengomel dengan muka tidak bersahabat. “Siapa saja termasuk wartawan harus ada izin,” ucap oknum petugas itu.
Menyikapi masalah ini, Ketua Aliansi Reporter Landak (ARL) Heri Irawan SP sangat menyayangkan tindakan oknum petugas rumah sakit yang tidak menghargai tugas jurnalistik. Padahal, wartawan tersebut sudah mengenalkan identitas sebagai wartawan tapi malah diusir. “Saya sangat menyayangkan masih ada seorang pegawai yang seharusnya menjadi contoh malah tidak baik sikapnya,” tegas Heri.
Terpisah, anggota DPRD Landak Adrianus Yanto Nunus SH MH juga menyayangkan tindakan oknum petugas rumah sakit yang telah melakukan pengusiran terhadap warwatan. Diminta direktur RSUD yang baru agar melakukan tindakan terhadap para petugas yang moralnya tidak baik sebagai pelayan.
“Kita minta kepada Direktur RSUD yang baru saja dilantik, harus bisa menjalin komunikasi dengan masyarakat termasuk kawan-kawan jurnalis. Apalagi mereka dalam menjalankan tugasnya,” ujar Nunus legislator Partai Golkar ini.
Ia menambahkan, jika kiranya berita yang akan diliput wartawan tidak bisa dipublikasi. Bisa saja petugas memberikan penjelasan dengan baik-baik kepada para wartawan jangan main usir. Untuk diharapkan sekali lagi kepada direktur yang baru agar bisa membenahi pelayanan yang lebih baik. “Pimpinan baru jangan malah tidak baik imegenya,” ujar Nunus.
Sementara itu Direktur RSUD Landak drg.Krisman, M.Kes dikonfirmasi Equator seusai mendapat pengusiran dari anak buahnya, tidak bisa komentar banyak. “Saya lagi ada rapat di kantor Bappeda, siapa yang mengusir,” ujarnya singkat. (rie)